Profil TAGANA

Indonesia mempunyai kerentanan tinggi terhadap bencana alam dan bencana yang diakibatkan ulah manusia. Secara geografis, banyak dari pulau di Indonesia berada di bagian atas dari lempengan tektonik bumi aktif yang bernama "cincin api" yang dapat menyempurnakan letusan vulkano, gempabumi, tanah longsor dan tsunami. Fakta bahwa Indonesia dihuni oleh 223 juta jiwa yang hidup menyebar di kepulauan yang sangat luas yang berarti sebagian besar dari komunitas terpencil dan kota dengan populasi yang padat rentan terhadap bencana yang sering terjadi. Apalagi Indonesia mempunyai ratusan etnik budaya dan agama berbeda, yang menambah resiko atas bencana sosial. Dengan 17,75 % dari penduduk Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan di tahun 2006 dan jumlah yang signifikan yang hidup sedikit diatas itu, Bahkan bangsa ini lebih rentan.

Kegiatan Penanggulangan Bencana hendaknya dilakukan dengan menggunakan pendekatan keilmuan serta kegiatan yang bersifat nyata agar pemahaman tentang penanggulangan bencana dapat melekat dan melembaga menjadi bagian hidup masyarakat dan kita semua. Selanjutnya bagaimana mewujudkannya ? Upaya untuk mewujudkan hal tersebut antara lain dengan cara meningkatkan kapasitas kemampuan masyarakat melalui : Sosialisasi Pelatihan-pelatihan Mengorganisasi potensi dan sumber-sumber penanggulangan bencana, seperti personel, peralatan, barang bantuan dan lain-lain.

Seluruh upaya peningkatan kapasitas kemampuan masyarakat dengan segala aspek maupun prosesnya adalah untuk mempersiapkan masyarakat agar lebih siap siaga menghadapi bencana yang akan datang. Jika kesiapsiagaan masyarakat sudah optimal, mereka diharapkan dapat melakukan upaya-upaya penanggulangan bencana secara dini pada tahap pertama sebelum bantuan dari pihak lain datang. Untuk memperkuat kesiapsiagaan masyarakat itulah, kehadiran profil semacam personel penanggulangan bencana terlatih berbasis masyarakat seperti TAGANA.

Apa dan siapa sebenarnya TAGANA ? TAGANA pada hakekatnya adalah wadah berhimpun seluruh kekuatan komponen penanggulangan bencana berbasis masyarakat khususnya dari unsur generasi muda. Kata-kata Taruna memiliki arti generasi muda, dan Kata Siaga memiliki arti segala upaya kesiapsiagaan dalam kondisi apa pun dan kata Bencana adalah tantangan dan masalah yang harus diselesaikan. Pemerintah melalui Departemen Sosial RI ingin mengakomodir potensi masyarakat yang telah membentuk organisasi, satuan-satuan atau kelompok penanggulangan bencana yang selama ini telah ada di negara kita dengan berbagai nama dan atribut seperti dari Karang Taruna, Pecinta Alam, ORMAS, ORPOL, Organisasi Pemuda, Organisasi Profesi, Relawan dan lain-lain.

Departemen sosial RI sebagai Pembina Taruna Siaga Bencana (TAGANA) pusat, telah membentuk TAGANA pada tanggal 25 maret 2003 yang dideklarasikan di Lembang, Bandung dengan peserta berasal dari anggota Karang Taruna seluruh Indonesia. Lahirnya TAGANA sekaligus menjawab berbagai polemik kekhawatiran dan keraguan dari berbagai kalangan baik pemerintah maupun masyarakat sendiri tentang fungsi-fungsi potensi yang ada di masyarakat yang dapat dikelola, diatur dan dibina serta dipertanggungjawabkan eksistensinya di masa mendatang.